Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Bahaya Stress Pasca Melahirkan

gambar bahaya stress pasca melahirkan
bahaya stress pasca melahirkan

Menjadi seorang ibu bukanlah hal yang mudah. Setelah perjuangan panjang selama 9 bulan mengandung, kemudian bertaruh nyawa melahirkan bayinya.

Seolah tanpa jeda dan waktu istirahat, di masa pemulihannya setelah persalinan, seorang ibu kemudian langsung mendapat tanggungjawab baru, yaitu merawat dan menyusui bayinya.

Perubahan fisik, hormon, dan pola hidup sepanjang kehamilan dan pasca melahirkan membuat ibu semakin sensitif baik secara psikis maupun emosional.

Kurangnya perhatian, kepedulian dan support dari suami maupun keluarga terdekat, akan semakin membuat keadaan ibu terpuruk dan tak jarang mengakibatkan gejala stress atau lebih parahnya lagi mengalami depresi.

Bahaya Stres Pasca Melahirkan

Pentingnya pengetahuan dan pengenalan ibu dan keluarga terutama pasangan mengenai gejala stress, misalnya menjadi mudah menangis, insomnia, emosi yang tidak stabil, gangguan pola makan serta perubahan perilaku secara drastis yang dialami ibu setelah melahirkan, dapat menurunkan tekanan setres dan resiko terkena depresi.

Sebab jika gejala setres ini tidak segera diatasi, akan berkembang menjadi gangguan mental yang lebih parah lagi dan tentu saja memiliki resiko lebih berbahaya, baik bagi ibu maupun bayinya.

Ada tiga kondisi berbahaya yang bisa dialami seorang ibu yang mengalami gangguan stress setelah melahirkan yaitu baby blues syndrom, depresi Postpartum (depresi pasca persalinan) serta psikosis postpartum.

1. Baby blues syndrome

Baby blues syndrom merupakan masalah psikologis yang dialami seorang wanita setelah melahirkan, dan menyebabkan seorang wanita menjadi lebih emosional dan sensitif, seperti mudah cemas, sedih, lelah, menangis, susah tidur hingga penurunan konsentrasi.

Gangguan baby blues juga akan mempersulit ibu menyusui dan merawat bayinya. Baby blues biasanya muncul pada hari ke 2 atau ke 3 setelah melahirkan dan hanya berlangsung selama beberapa hari hingga 2 minggu.

Baby blues akan mereda setelah lebih dari 10 hari dan akan menghilang dengan sendirinya. Namun, apabila gejala tidak mereda selama beberapa minggu atau semakin memburuk, ada kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum atau depresi pasca melahirkan.

2. Depresi Pospatrum ( Depresi pasca melahirkan)

Depresi pospatrum adalah kondisi ketika seorang ibu merasa bersalah, sedih serta gejala umum depresi lainnya setelah melahirkan dan berlangsung cukup lama.

Depresi pospatrum memiliki gejala yang hampir sama dengan baby blues hanya saja memiliki rasa atau gejala yang lebih kuat dan berlangsung lebih lama.

Depresi postpartum menyebabkan seorang ibu tidak bisa melakukan apa yang seharusnya ia lakukan terutama untuk merawat bayinya. 

Ketika kemampuan ibu dalam menjalankan fungsinya sudah terpengaruh, maka segera menemui dokter atau obgyn agar dapat mengindentifikasi gejala depresi dan merencanakan perawatan, terutama dalam hal mengelola gejala depresi dan membantu membangun ikatan ibu dengan bayinya yang baru lahir.

3. Psikosis pospatrum

Psikosis postpartum adalah gangguan mental yang serius yang dialami ibu setelah persalinan. Psikosis merupakan istilah medis yang mengacu pada kondisi mental yang terganggu oleh halusinasi atau delusi, sehingga menyebabkan seorang ibu tidak bisa membedakan kenyataan dengan imajinasi.

Kondisi ini bisa sangat menakutkan, karena bisa mendorong ibu untuk melukai diri sendiri atau bayinya. Gejala yang harus diwaspadai pada kondisi psikosis postpartum diantaranya adalah:
  • Delusi yaitu berkhayal atau percaya pada sesuatu yang tidak nyata, atau tidak logis.
  • Halusinasi yaitu mendengar, melihat atau mengalami hal-hal yang tidak ada (imajiner)
  • Paranoid yaitu perasaan bingung, takut dan curiga.
  • Mod swings atau perubahan mood yang ekstrim
  • Agitasi yaitu perasaan gelisah, jengkel yang membuat seseorang berjalan mondar-mandir atau meremas tangannya tanpa henti.
  • Menunjukkan gejala depresi seperti menarik diri, mudah menangis, tidak bersemangat, serta gangguan makan dan tidur (insomnia parah)
  • Mood manic seperti terlalu banyak bicara dan berfikir, merasa terlalu senang dan lainnya.
  • Menjadi sangat agresif atau kasar
  • Sulit berkonsentrasi
  • Memperlakukan bayinya dengan cara yang tidak tepat atau merasa tidak memiliki kedekatan dengan bayinya
  • Berencana menyakiti dirinya sendiri maupun bayinya

Kesimpulan

Deteksi dan penanganan yang tepat pada ibu yang mengalami kondisi setres dan depresi, dapat mencegah berbagai kemungkinan buruk yang tidak diinginkan seperti cedera pada ibu dan orang lain.

Adanya kerjasama antara ibu, suami serta keluarga untuk bekerjasama mendukung dan membantu ibu merawat bayinya sehingga ibu dapat memenuhi kebutuhannya sendiri terutama dalam proses pemulihan setelah persalinan. 

Komunikasi yang baik serta saling mengerti antara ibu dan pasangan juga dapat menurunkan tingkat stress dan depresi pada ibu setelah melahirkan.

Post a Comment for "Bahaya Stress Pasca Melahirkan"